Minggu, 29 Juli 2012

Cerita Ringan

Ada salah satu cerita inspiratif yang saya baca beberapa tahun yang lalu. Kurang lebih seperti ini, cekidot:

Pada suatu masa, ada seorang tukang kayu yang yang telah bekerja pada sebuah perusahaan selama puluhan tahun. Si bapak telah membuat ratusan rumah yang indah bagi tiap pelanggan yang datang. Dia melakukan tugasnya selalu dengan segenap hati. Sang bos, yang juga sahabatnya, sangat sayang pada sang tukang kayu. Sang sahabat sudah menganggapnya sebagai keluarganya sendiri dan dia tidak mau kehilangan bapak tersebut. Tapi ada masa dimana seseorang butuh berhenti melakukan hal yang sama dalam hidupnya. Termasuk bapak tukang kayu tersebut.

Akhirnya pada suatu hari bapak tersebut mengatakan niatnya untuk beristirahat pada sang sahabat. Sang sahabat termangu, mencoba menanyakan hal yang membuat bapak tersebut berhenti. Dia menawarkan apa saja yang diminta oleh sang tukang kayu. Namun hal itu tidak mengubah keputusan bapak tukang kayu.

“Saya lelah.” Hanya itu jawabnya dengan senyum. Tidak ada permintaan apapun dari sang tukang kayu kepada sang sahabat.
Setelah mencoba berulang kali, sang sahabat menyerah. Akhirnya dia bisa menerima keadaan tersebut. Namun satu hal yang diminta oleh sang sahabat kepadanya, yaitu membuat sebuah rumah, untuk terakhir kalinya.

Bapak tukang kayu diam dan menimbang. Dengan segan dia lakukan permintaan sang sahabat. Tak lama, jadilah sebuah rumah mungil seadanya. Tanpa rasa dan ruh dari si pembuat rumah. Sang sahabat merasa senang karena permintaannya dikabulkan oleh bapak tukang kayu. Bapak tukang kayu pun merasa senang dan lega karena akhirnya dia tidak akan terganggu lagi dengan hal yang sama, yang selalu dilakukannya selama puluhan tahun.

Datanglah waktu memberikan kunci rumah tersebut pada sang sahabat. Sang sahabat tersenyum dan berkata, “ambilah rumah itu untukmu. Saya tidak bisa memberi sesuatu padamu dan kamu pun tidak meminta sesuatu apapun padaku. Hanya ini yang bisa aku berikan.”

Bapak tukang kayu hanya terdiam dan menatap rumah tersebut, rasa menyesal sedikit datang. “Seandainya saya membuat rumah itu dengan segenap hati saya, pasti rumah itu akan lebih baik dan terasa hidup.”

Yea, penyesalan selalu datang belakangan. Sebuah status fesbuk teman saya berbunyi “PENYESALAN itu selalu datang di akhir, kalau di depan namanya PENDAFTARAN.” Bener juga, dimana-mana meja pendaftaran memang adanya di depan, yang di belakang biasanya toilet atau lahan parkir (malah dibahas??!).

Tapi seperti kata Craig David dalam lagunya Human;

“I'm only human
Of flesh and blood I'm made
I'm only human (what what?)
Born to make mistakes (tell me whatcha gonna do?”)

Bukanya mau memaklumi setiap kesalahan yang sudah ataupun yang pasti akan dibuat, dengan sengaja ataupun tidak sengaja, tapi memang melakukan kesalahan adalah sangat manusiawi. Bukankan kita pasti selalu membayarnya setelah melakukan kesalahan? Entah dalam bentuk konsekuensi logis dari tindakan kita, atau setidaknya rasa penyesalan yang datang sudah merupakan ‘bayaran’ atas tindakan kita yang menyimpang.

Sebenarnya nilai moral dari cerita tersebut bukan cuma tentang penyesalan yang membuntuti, tapi banyak lagi, tergantung mengambil sisi yang mana.

Untuk saya itu merupakan alarm untuk bekerja secara ikhlas dan jangan banyak mengeluh kurang ini kurang itu. Kerjakan sajalah yang ada di depan mata. Enjoy every moment in this life, maka semuanya akan lebih ringan. Kalau belum bisa, tetap mencoba. Try. Paling kalau hasilnya ngaco, jadinya error. Bisa kitanya yang error, bisa keadaannya jadi error karena keadaan psikis yang buruk, mood jadi runtuh. Semua akan terasa buruk. Lolipop yang termanis pun akan terasa terasi bila mood berada dalam titik terendah

Cerita tersebut saya baca sekitar hampir delapan tahun yang lalu. Reminder yang bagus ketika saya mulai ogah-ogahan untuk melakukan sesuatu yang saya tahu jelas, hal tersebut baik untuk saya. Tapi ketika reminder itu lemah, yang datang adalah Craig David yang selalu memaklumi keadaan.

Kamu pilih yang mana?

Have a nice day…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar