Minggu, 29 Juli 2012

Dari Menara (yang pernah menjadi) Tertinggi di Dunia

Terletak di area downtown Toronto dan pernah menjadi tower tertinggi di dunia selama tiga decade, Canadian National Tower atau CN Tower dibuka untuk umum pada 26 Juni 1976. Sekarang menara yang tertinggi terletak di Dubai, namanya Burj Khalifa, tingginya 800 meter atau sekitar enam kali lipat tingginya monas. Menara tertinggi kedua ada di China, namanya Canton Tower yang tingginya sekitar 600 meter. CN Tower muncul dinomor tiga dengan ketinggian 553.3 meter. Dari 76 daftar mas Wiki tentang menara tertinggi di dunia, Indonesia belum masuk daftar. Kalaupun masuk daftar, bukan kategori menara yang tertinggi, tapi menara dengan tinggi antara 200-250 meter, ada Indonesia didalamnya, yaitu menara TVRI yang dibangun pada tahun 1994 di Jakarta, dengan tinggi sekitar 239 meter. Lumayan.

Saat memutuskan mau ke Toronto, terus terang hanya mau keliling downtown, cari suasana baru, cari pengetahuan baru. Tapi beberapa hari sebelum hari H, keluarga ini menyarankan untuk mengunjungi CN Tower dan menceritakan dengan heboh tentang menara tersebut. Bagaimana saya bisa melihat pemandangan dari tempat tinggi, bagaimana menyeramkannya berdiri di glass floor, dan lain sebagainya. Saya tertarik karena melihat betapa berapi-apinya dia bercerita tentang tempat tersebut.

Pukul 9 pagi saya meninggalkan rumah kenalan saya dan sampai di tempat pukul 11. Itupun entah berapa orang yang saya tanyai. Yang pasti orang pertama adalah Pak Polisi yang sedang berjaga di lingkungan tempat kenalan saya tersebut, lalu kenalan asal Indonesia yang tinggal di Toronto sana juga menelpon dan membantu saya mencari jalan yang baik dan benar. Tapi karena nama-nama yang diberikan asing, maka tak lama setelah telepon ditutup saya kembali bingung. “Ha? Dia bilang apa tadi?” Alhasil, bis yang lewat saya naiki dan tanya pada pak supir.

Ada beberapa paket tur yang ditawarkan. Saya sengaja ambil paket komplit karena terpengaruh dengan ocehan host fam ini dan semakin bersemangat karena dalam brosur yang diberikan, terdapat gambar dua orang yang bergantung di dinding hanya dengan seutas tali. Wow,Saya mau itu!!!

Ada lima kegiatan atau atraksi yang ditawarkan, antara lain: look out, glass floor, sky pod, Himalamazon, dan Legends of Flight. Tidak harus mengambil semua, bisa saja hanya mengambil LookOut + Glass Floor + Choice of SkyPod, Film or Motion Theatre Ride atau hanya LookOut + Glass Floor. Tentu saja harga tiket akan disesuaikan. Kalau paket combo alias komplit, tiketnya seharga 35.99 belum pajak. Setelah pajak jadinya 40an. Kalau hanya empat atraksi harga tiketnya 29.99, dan hanya dua atraksi seharga 23.99. Itu harga dewasa. Untuk anak-anak dan sepuh beda lagi, yang pasti lebih murah.

Saya sengaja ambil paket komplit, karena mengharapkan atraksi menggantung di dinding seperti dalam gambar di buku Guest Guide. Semangat sekali.

Banyak orang yang berkunjung pada hari itu, bisa jadi karena long weekend. Sabtu lalu Minggu bablas Senin, libur karena 1 Juli merupakan Canada Day. Sebenarnya 1 Juli jatuh pada hari Minggu, tapi Senin diliburkan juga. Public Holiday kalau jatuh pada hari Minggu kurang terasa, karena itu Senin diliburkan. Asoy.

Rata-rata yang datang kesana berpasangan atau dengan teman. Diantrian yang saya lihat, banyak anak-anak ABG datang segerombolan, juga yang sedang kasmaran (uhuy!!!), keluarga juga banyak. Di belakang saya ada seorang ayah dengan anak perempuannya yang masih kecil. Saya berpikir, “kemana tuh emaknya?” Usil sekali kadang-kadang.

Masuk ke sana melewati pemeriksaan dan juga masuk ruangan dan disemprot, entah dengan cairan apa. Yang pasti saya kaget karena si Mbak hanya meminta saya masuk. Ternyata bukan saya saja yang kaget, tapi seorang laki-laki yang sebelumnya masuk juga kaget ketika kena semprot.

Antrian mengular dan berisik karena kawanan ABG tersebut. Saya belum mampu menangkap apa yang mereka ucapkan, jujur. Para ABG perempuan berpakaian nyaris sama yaitu tank top dipadu dengan hot pants. Yang laki-laki T- shirt dan celana dombrong, beberapa memakai topi yang entah sengaja dimiringkan atau memang miring secara natural mengikuti pikirannya.

Lift yang difungsikan untuk pengunjung saat itu hanya satu. Lumayan memakan waktu walaupun kecapatan lift tersebut 22 km/ jam dan hanya perlu kurang dari satu menit mencapai ketinggian 346 meter tidak lain dan tidak bukan karena banyaknya pengunjung yang datang, sementara kapasitas lift kurang lebih 15 orang. Liftnya unik, karena berdiding kaca, jadi sepanjang nyaris satu menit itu, penghuni lift bisa melihat dunia lain di bawah sana. Maksudnya area downtown. Yang takut ketinggian pasti melengos tanpa ampun.

Selama menunggu, para pengunjung ditawari berfoto. Yang berombongan, yaaa difoto bersama rombongannya, yang datang bersama keluarga, berfoto bersama keluarga, saling berhimpitan. Saya? Lega… berfoto sendiri. Saya angkat tiket dan brosur tempat itu. Hanya beberapa detik, lalu diberikan kertas sebesar kartu nama untuk mengambil foto itu nantinya. Entah dimana, tapi pasti masih dalam tower ini.

Area yang pertama dikunjungi adalah Look Out. Saya hanya tahu artinya literally. Tapi berhubung teringat akan cerita host fam tentang tempat tersebut, jadi yang ada di pikiran saya adalah sebuah tempat yang bisa memacu adrenalin.

Sang gadis muda guide berbaju merah menjelaskan tentang area yang dituju dan tentang kecepatan lift diantara riuh rendahnya ocehan para ABG. Sang guide tidak peduli didengar atau tidak oleh para ABG, senyum riangnya tetap terpampang. Terlihat jelas dia sangat menikmati pekerjaannya.

Keluar dari lift, saya menengok kiri kanan seperti orang mau menyebrang jalan, lalu mengikuti rombongan yang satu lift dengan saya tadi. Mereka semua melihat keluar jendela berkaca lalu membentuk ekspresi kagum. Saya ikutan melihat keluar jendela. Di bawah sana terdapat pemandangan Toronto. Oh, ini toh. Ternyata Look Out yaaaa look out. Saya baru nyambung, harapan saya tentang ‘memacu adrenalin’ meluncur turun secepat lift tadi. Tapi toh tetap saya foto pemandangan dari atas untuk mengisi page ini.

Masih ada empat kegiatan lain, pikir saya. Pasti ada yang bikin deg degan. Tanpa buang waktu, saya ikuti antrian yang mengular di depan saya. Entah kemana, saya ikut saja.

Antrian tersebut ternyata mengarah ke Sky Pod. Apapula ini. Setelah mengantri nyaris 10 menit, sampailah pada tempat tersebut. Sky Pod dan Look Out intinya sama: sama-sama melihat pemandangan kota dari ketinggian. Bedanya di Sky Pod, bukan lagi diketinggian 346 meter, tapi 447 meter. Saya, yang lemah dalam kalkulasi dan kurang sensitive terhadap perubahan pemandangan dari ketinggian yang berbeda tersebut, hanya melongok sebentar keluar jendela kaca, memutari tempat kecil tersebut, lalu chao.

Antri lift lagi, karena hanya ada satu lift. Tak lama, mungkin sekitar lima enam menit. Tujuannya? Hanya ikut-ikutan orang. Ternyata lift tersebut membawa saya ke Glass Floor. Glass Floor, sesuai namanya, ya lantai yang terbuat dari kaca. Jadi selama berdiri di atas lantai tersebut, kita bisa melihat pemandangan di bawah sana. Banyak pengunjung hanya berlutut di pinggir Glass Floor dan melongok ke bawah. Banyak juga yang mencoba jalan diatasnya dan minta difoto oleh koleganya. Seorang anak perempuan kecil dengan santai berjalan menyusuri lantai tersebut. Saya, setelah berusaha sedikit mencari celah untuk berjalan diatasnya, merekam pemandangan dari tempat tersebut. Tak sampai sepuluh menit disana, tetap berharap sesuatu yang ‘memacu adrenalin’, saya chao.

Sambil berjalan menuju lift untuk turun, saya melihat tiket yang saya pegang. Tersisa Himalamazon dan Legends of Flight.
Lift membawa kami turun ke toko yang menjual souvenir tempat tersebut. Banyak barang, seperti bendera, tas, mug, gantungan kunci, kaos, topi, dan lain-lain. Sempat menyentuh benda-benda seperti mug, botol minuman, dan benda-benda kecil lain yang tertera gambar bendera Kanada dan atau CN Tower. Saya bolak balik dan menemukan kesamannya dari benda-benda tersebut: Made in China.

Saya bertanya pada guide yang saya temui di lift pertama tentang Himalamazon. Dia katakan, silahkan lihat-lihat souvenir dulu. Saya berlalu dan mencari sendiri lokasinya.

Keluar dari toko souvenir, saya mendekati security dan menanyakan tentang lokasi Himalamazon. Sang bapak menujuk sebuah pintu di sebelahnya. Langsung saya masuki.

Ruangan tersebut seperti bioskop mini. Hanya ada beberapa bangku panjang dan layar kecil. Tak lama film diputar, dibuka oleh seorang professor animasi yang bercerita intinya tentang alam. Kurang lebih 10 menit, lalu pengunjung pindah ke ruang sebelah. Disana pengunjung diajak merasakan menjadi sebongkah kayu yang dipotong lalu dihanyutkan di sungai yang banyak buayanya. Seperti de javu. Pernah mengalami hal yang sama sebelumnya. Mungkin di Dufan beberapa tahun yang lalu. Tapi yang ini, benar-benar kena semprot air, walau sedikit, ketika sang kayu terkena kecipak air dari buaya ketika hanyut di sungai. Kebetulan saya duduk di paling depan dan paling ujung. Bukan keinginan saya duduk disana, tapi karena saya paling akhir masuk, itu satu-satunya posisi yang kosong.

Pertunjukkan pamungkas adalah Legend of Flight. Energy nyaris abis. Tas canglong yang isinya netbook dan chargernya, dan sekotak anggur untuk orang satu orang kawan asal Indonesia yang berkerja di Toronto terasa lebih berat, ditambah rasa lapar dan makin berat karena berkhayal tentang Rumah Makan Padang. Khayalan tingkat tinggi.

Legend of Flight. Pintu masuknya Maple Leaf Cinema. Nonton film tentang legend of flight di Canada, sesuai namanya. Bedanya pengunjung memakai kacamata 3D, jadi film terasa real. Pesawat dan orang-orang yang ada di dalam film terasa dekat, seakan bisa disentuh. Film kurang lebih 20 menit. Saya menguap lebar.

Sedikit terhuyung ketika meninggalkan cinema tersebut karena ngantuk. Seperti biasa, keluar pintu saya tengok kiri kanan, kali ini tujuannya mencari toilet. Sambil menuju toilet, saya menandai Exit. Itu pasti artinya keluar.

Saya teringat kertas kecil pengambilan foto. Kebetulan melewati tempat tersebut. Jadilah saya ikutan antri (entah berapa kali saya hanya ikut-ikutan). Orang di depan saya yang berparas Asia Selatan, sepertinya dari Pakistan, saya tanyai tentang foto tersebut, apakah free atau tidak. Pertanyaan bodoh sebenarnya. Mana ada yang free?

Pasangan itu menjawab tidak tahu lalu menyarankan saya untuk memberikan kertas kecil tadi pada petugas. Kartu dilihat dan saya diminta menunggu sebentar. Saya tanyakan berapa harganya. Dijawab, kalau hanya satu foto, seharga 23 dollar, kalau paket, 30 dollar. Dia tunjukkan contohnya. Belum sempat menimbang, seorang laki-laki di sebelah saya bertanya pada petugas.

“So, what will happen with my picture if I don’t wanna take it? You will throw it into garbage?”

Sang petugas hanya tersenyum.

Lalu sang laki-laki berkata, “I don’t wanna pay 30 for these.” Dia pun berlalu.

Fotonya kemungkinan besar memang masuk tempat sampah. Tapi saya salut, dia punya sikap. Sementara saya? Saya ambil foto tersebut dan membayar untuk satu paket. Sebenarnya cuma foto sebesar 4R, kurang lebih, tapi diberi map dengan gambar CN Tower dan bendera Kanada dengan tulisan "Happy Canada Day" serta dua foto kecil dalam sebuah pigura imut yang hanya berumur tiga hari. Anak yang saya asuh ‘tak sengaja’ mematahkan kakinya ketika dia melihat-lihat foto tersebut. Saya protes kecil.

“Hey, you broke my picture.” Protes saya.

Dia menjawab ringan sambil mengangkat bahu dan alis matanya, gayanya seperti orang dewasa, “It’s okay.”

“It’s okay for you, not for me!” jawab saya gusar sambil mengambil foto tersebut dan berjanji akan menjauhkan barang-barang penting saya dari jangkauannya. Seharusnya saya ingat tragedy beberapa hari sebelum saya berangkat ke Toronto, saat itu habis kacamata saya dilumuri body lotion.

Meninggalkan tower tersebut sekitar pukul tiga sore. Matahari terik. Udara di Toronto lebih panas daripada di Ottawa. Yah, pemicu adrenalin tak ada. Tapi paling tidak, penasaran akan tower itu hilang. Bisa jadi itu kunjungan yang pertama dan terakhir, kecuali bila saya beruntung mendapatkan kesempatan untuk mencoba Edge Walk di CN Tower. Namanya baru saya dapatkan ketika saya menulis ini sambil membuka-buka buku Guest Guide tower tersebut. Sedikit kecewa, tapi tetap bersykur. Yah, teringat salah satu ajaran dalam agama: Bersyukurlah, maka akan Ku tambah nikmatmu.

Alhamdulillah

Sukses untuk semua….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar