Minggu, 29 Juli 2012

Enjoy Aja!!!

Kalau ditanya makanan apa yang dikangenin saat puasa, banyak yang bilang kolak, kurma, es buah atau makanan lain yang ‘somse’ alias muncul pas moment tertentu macam puasa. Jujur saya tidak tahu banyak tentang makanan di Indonesia, selain karena banyak macamnya juga karena hidup saya sebagian besar berputar di Jakarta dan sekitarnya.

Info sekilas Dari Mbah Google tentang beberapa makanan khas nusantara yang muncul setahun sekali, pas Ramadhan:

1. Kicak
Kicak merupakan makanan khas Ramadhan didaerah Kauman, yogyakarta. Makanan yang terbuat dari ketan ini hanya bisa dijumpai di bulan Ramadhan saja. Rasa kicak yang manis dan gurih terasa nikmat saat disantap ketika berbuka puasa.

2. Pakat
Pakat merupakan makanan khas Ramadhan masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara. Makanan yang berasal dari potongan bagian dalam rotan muda yang dibakar. Untuk menambah kelezatnnya, rotan muda ini kemudian ditaburi dengan santan kelapa serundeng. Pakat sudah menjadi makanan khas untuk berbuka puasa sejak lama, makanan ini juga sudah menjadi tradisi terutama bagi warga Tapanuli Selatan.

3. Es Kopi Luwak
Jika anda berkunjung ke Lampung barat, kita akan menjumpai minuman spesial untuk berbuka puasa, yakni Es Kopi Luwak. Es kopi dengan rasa yang nikmat ini diyakini bisa mengembalikan stamina yang sedikit turun setelah seharian berpuasa. Kopi luwak biasa disajikan seperti layaknya kopi hanya sedikit ditambah es batu yang dihaluskan dan madu.

4. Gulai Siput
Gulai siput ini merupakan makanan khas Tanjungpinang, Kepuluan Riau, makanan ini hanya bisa dijumpai di bulan Ramadhan. Menu yang dihidangkan sebagai lauk saat berbuka puasa ini banyak digemari oleh masyarakat setempat karena rasanya yang gurih dan lezat.

5. Sotong Pangkong
Selama Ramadhan, warga Pontianak, Kalimantan Barat selalu menyediakan Sotong Pangkong sebagai salah satu menu untuk berbuka puasa. Sotong Pangkong adalah menu olahan cumi kering yang dibakar. Uniknya lagi, setelah dibakar cumi atau sotong tadi dipukul-pukul dengan palu. Sotong Pangkong sendiri memiliki rasa yang gurih.

6. Ketan Bintul
Ketan bintul merupakan makanan khas Ramadhan dari Kota Serang, Banten. Ketan bintul ini berbahan baku nasi ketan yang dihaluskan, yang disajikan bersama sepotong daging sapi berikut gulainya. Konon, kehadiran ketan bintul sebagai menu Ramadhan ini sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu, dan dahulu kentan bintul ini menjadi makanan kesukaan para raja Banten.

7. Sate Susu
Kota Denpasar, Bali juga memiliki makanan khas di bulan Ramadhan, yaitu sate susu. Sate susu ini memang terdengar agak nyeleneh, tapi sesungguhnya sate susu yang terbuat dari payudara sapi ini dipercaya memiliki khasiat untuk menambah stamina, seperti minum susu. Untuk menambah kenikmatannya, sate susu akan dihidangkan bersama sambal plecing.

Banyak lagi sebenarnya. Ketika diketik 'Makanan Khas untuk Berbuka Puasa', maka dalam 0.34 detik muncul nyaris 700.000 hasil tentang itu. Indonesia negara kaya. No doubt.

Terdampar disini dan melalui puasa single fighter tetap asik-asik saja walau tanpa makanan khas tersebut. Berpikir untuk membuat masakan Indonesia yang biasanya disantap di rumah. Tapi setelah flash back sekian detik, ternyata baru sadar bahwa di rumah pun jarang menyediakan makanan khas Ramadhan, hanya nasi dan teman-temannya, namun makanan sehari-hari tersebut terasa special justru karena dikonsumsi di waktu yang special. Pola pikir menjadi berubah. Bukan sekeliling kita yang special, tapi kitalah yang membuat itu terasa special.

Jujur sih agak heboh juga menjelang puasa. Seminggu sebelum puasa sudah berpikir makanan apa saja yang akan dibuat saat sahur pertama dan cemilan yang akan dimakan setelah berbuka dan sholat mabgrib, atau sebelum tarawih. Sudah menjadi kebiasaan di rumah makan setelah sholat magrib, lalu leha-leha sambil menunggu Isya yang jaraknya hanya sekitar satu jam. Setelah sholat isya dan tawarih, biasanya lapar lagi lalu makan lagi, entah beli bakso, mie ayam, atau menghabiskan makanan sisa buka puasa, atau sekedar ngemil bakwan. Beberapa jam kemudian tidur. Itu ritme saya dan mungkin banyak dari kita mempunyai ritme yang sama selama Ramadhan. Tidak heran yang berniat menurunkan berat badan kurang berhasil selama puasa, ya bisa jadi karena itu.

Itulah alasan saya menyediakan beberapa cemilan sehari sebelum puasa. Ritme yang dulu masih saya ingat. Jadilah keripik kentang, coklat chip, beberapa mie ala Jepang saya beli. Just in case saya lapar dan malas membuat makanan berat bila saya lapar setelah isya.

Awal puasa disini pada tanggal 20 Juli, lebaran 18 Agustus. Tidak penting mengikuti organisasi apapun. Selebaran jadwal puasa dari toko yang menjual makanan halal tertulis puasa di Ottawa mulai tanggal sekian sampai sekian. Titik.

Awalnya saya pikir akan berat, karena ada bonus tiga jam dibanding Jakarta, namun ternyata saya salah. Semuanya asik-asik saja. Walaupun sempat mengerinyitkan dahi heran ketika keluarga ini mengatakan bahwa puasa sepanjang itu tidak bagus karena bisa menimbulkan dehidrasi. Saya berpikir geli, “ini bukan di gurun kan?” Tidaklah mungkin Yang Maha Kuasa menyuruh hamba-Nya melakukan sesuatu yang akan berakibat buruk terhadap hidup hamba-Nya. Tapi memang itu sudah sifat manusia: suka menawar dan berdalih. Saya pun kadang begitu.

Magrib hari pertama pada jam 08.44 PM. Seperti kebiasaan dulu, saya selalu membuat teh hangat dalam gelas besar, sholat, tadarus, lalu makan berat. Disini pun seperti itu.

Puasa hari pertama Alhamdulillah lancar. Insha Allah hari-hari selanjutnya juga. Nasib kurang baik menimpa cemilan-cemilan yang sudah saya siapkan. Isya pukul 10.31, setelah tarawih, paling cepat bisa tidur jam 11.30 PM. Saat itu dipikiran hanya bantal dan kasur. Cemilan otomatis terlupakan. Hanya keripik kentang yang tandas pada puasa hari ketiga. Pelajaran baru: tempat baru, ritme pasti berubah.

Oh iya, soal makanan memang tidak ada habisnya. Hari ketiga puasa saya berniat membuat bubur kacang hijau. Jadilah info tentang toko yang menjual bahan makanan asia saya kumpulkan dari seorang teman saat saya menginap ditempatnya. Saya mengunjungi China Town pada hari ketiga tersebut. Manphong, itu nama tokonya. Bahan-bahan makanan yang saya inginkan ada disana. Saya membeli kecap ABC botol yang nantinya saya buat nasi goreng, kerupuk udang yang diproduksi di Sidoarjo, kerupuk yang tepinya warna-warni, bumbu soto instan, gula merah, dan beberapa bungkus Indomie saya beli. Ada beberapa mie ala Jepang yang telah saya beli sebelumnya, tapi label halal dalam kemasan mie dari Indonesia tersebut membuat saya nyaman.

Banyak bahan makanan yang diproduksi di Indonesia dan bahan makanan yang familiar ada disana. Berbagai macam bumbu instan makanan nusantara, saos Indofood, bakso, durian, bumbu dapur, nata de coco, agar-agar, tempe, bahkan sampai kepuruk putih pun ada.

Mudah. Dipermudah oleh-nya.

Memasuki hari ketujuh, keluarga ini menanyakan tentang puasa saya. Saya katakan, “everything is fine. I feel Ramadhan is so fast this year.” And I mean it.

Dia mengangguk dan tidak penting berasumsi tentang arti anggukan tersebut. Yang penting saya menikmati tiap harinya karena bulan ini sudah special walau tanpa embel-embelnya.

Selamat berpuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar