Minggu, 29 Juli 2012

Serba Nyaris (Toronto I)


Hari libur. Hari bebas untuk membuka mata lebih lebar dan memperkaya wawasan tentang sekitar. Libur satu hari setiap minggunya sudah cukup ditunggu-tunggu, apalagi long weekend seperti ini. Minggu dan Senin. Pikiran saya jauh-jauh hari sudah membidik Toronto. Walaupun jaraknya cukup jauh, sekitar 5 jam, kalau memakai takaran Google Maps, toh tak menghalangi niat saya tersebut. Jauh-jauh hari pula saya katakan niat saya pada keluarga ini. Mereka mengizinkan, dan mengecek informasi tentang bis tujuan Toronto, biayanya 70 dollar. Saya menimbang-nimbang sejenak. Nyaris saya masukkan ide tersebut di dalam kantong, karena terbentur akomodasi yang lumayan untuk saya.

Malamnya kebetulan seorang kenalan dari internet yang sudah cukup lama menjadi penduduk sini on line. Sedikit berbasa-basi awalnya, dia menanyakan rencana long weekend saya. Saya katakan rencana ke Toronto, tapi kemungkinan kecil, karena ongkos bisnya cukup besar. Dia menyarankan saya menggunakan rideshare yang bisa ditemui di situs bernama kijiji. Jari saya langsung mengetik beberapa tombol dan dalam waktu singkat sudah didapatkan informasinya.

Rideshare, dari namanya sudah bisa ditebak, intinya, yang punya mobil dan menuju ke Toronto atau terserah yang punya mobil, mau memberi tumpangan, sekalian jalan, seperti itu. Tapi ada juga yang memang dikelola seperti bisnis. Kalau ke Toronto biaya yang dikenakan 30 dollar sekali jalan, lebih murah dari bis. Tentu saja saya memilih rideshare. Api semangat untuk mengeksplor Toronto kembali dinyalakan. Siap!

Sesuai nasihat teman saya tersebut, saya dianjurkan memasang iklan dua minggu sebelumnya. Terlalu jauh, pikir saya, jadilah satu minggu sebelumnya saya pasang iklan saya tentang butuh rideshare pada hari sekian dan tanggal sekian. Setiap hari saya cek email saya, tapi tidak ada yang tertarik. Atau bisa jadi belum ada yang merencanakan kemana dan kapan menuju Toronto. Mulailah saya nothing to lose. Jadi syukur… ga jadi, ya kecewa juga sih.

Selain ingin merasakan sebagai Dora the Explorer, saya juga berniat bertemu dua orang Indonesia yang tinggal disana. Dua-duanya saya temui lewat situs pertemanan.

Keluarga ini menyarankan saya untuk pergi hari minggu pagi, jadi sampai sekitar minggu siang. Berpikir sejenak, saya putuskan untuk berbicara dengan keluarga ini mengenai waktu bebas saya setengah hari pada hari Sabtu. Sedikit alot, tapi toh saya dapatkan juga. Saya katakan saya kerjakan pekerjaan saya, kewajiban saya, saya tidak akan melanggar aturan rumah dan kontrak saya, dan yang saya gunakan adalah hari bebas saya setengah hari pada hari Sabtu. Jadilah saya meluncur pada Sabtu sore menuju Toronto.

Dua hari menjelang hari Sabtu, nyaris saya batalkan, karena tidak adanya rideshare yang bisa sesuai dengan waktu bebas saya. Yang saya cari adalah rideshare pada pukul 4 atau 5 sore di tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat ini, dan kalau bisa, menjemput saya disini, walaupun saya harus membayar lebih untuk itu. Bukan manja, tapi memang ada beberapa yang menawarkan untuk jemput di tempat dengan biaya lebih tinggi 5 atau 10 dollar. Saya pikir tak apa, toh biaya day pass pun 7 dollar, beda tipis.

Sempat membatalkan dan mencari aktivitas lain untuk mengisi libur. Tapi ada sedikit keyakinan saya, bahwa saya bisa mengunjungi Toronto. Entah keyakinan, entah sok yakin, karena saya sedikit kepala batu. Tapi yang pasti, rideshare masih saya buru.

Akhirnya saya menemukan iklan rideshare yang meninggalkan Ottawa pada pukul 5 sore. Tempat pemberangkatannya di Greenboro, sekitar satu jam dari sini. Jadwalnya hari Sabtu ada yang jam 10 dan jam 5. Saya memilih jam 5. Tapi di hari Jumat, hari dimana saya di minta untuk konfirmasi ulang, ternyata jadwal pada jam tersebut tidak ada, karena ‘shortgage.’ Entah apa maksudnya, tapi saya pikir mungkin penumpang sedikit. Terbayang itu adalah van yang cukup besar yang dikelola memang untuk bisnis rideshare. Saya kecewa dan menyerah.

Iseng mengecek email setelah bekerja, ada sebuah email yang menjawab email saya sebelumnya. Saya baru ingat saat membaca itu, saya pernah mengirim sebuah email ke orang yang menawarkan rideshare pada hari Sabtu, pukul 5 sore. Pengirimnya bernama Anam Ahmed. Saya menelponnya, ternyata seorang perempuan beraksen India. Singkat cerita, jadilah saya ikut rideshare Anam.

Tempat pertemuan di Billings Bridge, sebuah mall yang besar. Hanya dua kali bis dari sini. Saya tiba di mall tersebut pukul 4.30 sore. Masih lama, pikir saya. Jadilah saya masuk mall, bukan untuk melihat-lihat atau berbelanja, tapi mencari toilet.

Memasuki mall tersebut, pengunjung melewati terowongan yang hanya beberapa meter. Baru menginjak muka tunel, saya dihadang oleh seorang perempuan beraksen Filipina yang memberikan brosur untuk saya baca, isinya tentang lembaga kemanusiaan yang butuh sumbangan. Halah! Kebelet, dihadang ini pula. Tak mau repot, terlebih lagi langkah saya terhadang si Mbak tersebut, saya pilih mengikuti apa yang diminta. Masalah ikhlas ga ikhlas, yang penting ketemu toilet segera.

Keluar dari mall dengan perasaan lega, saya menelpon Anam, memberi tahu posisi saya. Dikatakan dia akan telat sekitar 15 menit. Pasrah.

Duduk manis melihat pemandangan orang yang lewat silih berganti di pemberhentian bis tak terlalu mengecewakan. Ada banyak yang bisa dilihat. Banyak perempuan yang memakai jilbab, terutama yang berparas timur tengah dan Afrika. Melintas santai di depan saya seorang perempuan Afrika tinggi langsing, memakai sepatu hak tinggi pula. Saya pikir saya pasti akan terlihat aneh sekali bila berjalan bersisian dengan dia. Jomplang.

20 menit berlalu, saya mulai lapar. Teringat McDonald di pintu masuk mall setelah tunel. Saya pun memasuki mal untuk kedua kalinya. Antri, tapi telepon berbunyi, Anam mengabarkan bahwa dia sudah ada di parkir mall, segera saya keluar dan menuju parkiran. Dia melambai dari sedan civic berwarna biru. Mengucap terima kasih, saya pun masuk kemobilnya.

Di sebelah Anam, si supir, ada ibunya. Di sebelah saya seorang perempuan berparas Afrika. Saya nyengir sambil menyapa.

“I thought I saw you at the bus stop.” Saya membuka percakapan.

“Oh, yes, yes, I saw you too.” Jawabnya ramah.

Dia adalah perempuan Afrika tinggi bersepatu hak tinggi itu. Harapan saya untuk tidak berjalan di sebelah perempuan tinggi ini terhempas jauh karena ketika Anam berhenti untuk membeli makan malam setelah sekitar 3 jam berkendara, saya dan perempuan muda tersebut, yang selanjutnya saya tahu bernama Ayan dan berasal dari Somalia, berjalan bersisian untuk membeli makanan di KFC lalu berjalan bersama ke parkiran. Momen yang indah….

Mbah Google mengatakan untuk mencapai Toronto waktu yang digunakan sekitar 4 jam. Tapi tidak disebutkan dalam kecepatan berapa km/jam. Dan saya tidak tertarik mencari tahu. Saya terima beres.

Yang pasti, GPS di depan supir menunjukkan waktu sampai tujuan sekitar pukul 10 malam. Beberapa kali melirik speedometer, jarum nyaris statis diangka 120 Km/ jam, lalu lintas surga alias kosong. Tancap neng….

Seorang teman yang sudah tinggal di Toronto sekitar 5 tahun sudah menunggu di sekitar Victoria Park and Highway. Saya berterima kasih berkali-kali. Besok saya akan mengekspor Downtown, pikir saya, with or without company.

Kepala batu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar