Minggu, 29 Juli 2012

Summer is HOT

Hari Sabtu, 16 Juni 2012 lalu diadakan acara piknik bersama orang Indonesia yang tinggal di Ottawa. Acaranya diselenggarakan oleh CIC atau Indonesian Canadian Congress. Saya belum tahu banyak tentang organisasi ini, tapi kesempatan itu tidak mau saya lewatkan. Siapalah yang tidak mau bertemu dengan keluarga setanah air? Siapalah yang mau sendirian di tengah orang asing? Siapalah yang tidak mau merasakan masakan rumah sendiri (balik-baliknya soal makanan).

Dengan terus terang saya katakan pada host family bahwa ada acara piknik bersama dengan orang Indonesia di Ottawa dan meminta jadwal libur saya ditukar. Host fam tidak bermasalah dengan hal tersebut.

Acaranya berada di Vincent Massey Park. Ketika saya tanyakan ke host fam apakah mereka pernah pergi ke taman tersebut, mereka katakan mereka belum pernah ke Orleans. Itu artinya mereka tidak tahu tentang taman itu, karena tertulis di Mbah Google, bahwa letaknya di Kanata, masih di area tempat ini. Mereka menebak taman itu berada di Orleans, karena satu-satunya teman Indonesia saya yang mereka tahu berada di Orleans. Saya hanya nyengir kuda melihat host fam saya yang dengan serius menggeleng dan dengan nada menyesal mengatakan, “we have never been to Orleans.”

Pada undangan yang di forward via inbox facebook, tertulis acaranya dimulai pada pukul 10 pagi sampai selesai. Berhubung saya masih terbawa kebiasaan jam karet, jadilah jam 10 niat berangkat dari rumah teman yang di Orleans menuju tempat acara. Tempat host fam di Kanata, saya mampir dulu di tempat teman di Orleans yang notabene jauh dari spot. Jadi seperti menghadiri undangan di Pasar Minggu, sementara tinggal di Lenteng Agung, tapi mampir dulu di Grogol.

Kalau masih di Jakarta, saya pasti sangat keberatan, karena mempertimbangkan lalu lintas yang membuat hypertensi dan ubanan. Tapi disini? Dengan senang hati, apalagi sudah sekitar 2 minggu saya tidak bertemu dengan kawan saya tersebut dan kebetulan pada hari itu suaminya ada urusan yang tidak bisa ditinggal, jadi mau tidak mau dia harus menggunakan bis. Saya, sebagai orang yang lebih senior menggunakan bisa daripada kawan saya tersebut – meski dia lebih lama beberapa bulan disini (nyombong dikit Mbak Dian…. Whakakakak) – sedikit tidak tega membiarkan dia berangkat sendiri menggunakan bis. Karena saya ingat perasaan negative yang saya rasakan awal saya menggunakan bis tersebut. Sebenarnya tak ada masalah, tapi memang hampir semua hal, walaupun hal yang kecil, memulai bisa jadi hal yang tersulit. Setelahnya barulah terasa lebih ringan.

Meninggalkan rumah pukul 7 pagi dengan modal sebuah apel (bukan dari nenek sihir, tentunya, karena saya bukan snow white – maaf, sedikit terpapar dengan anak yang saya asuh, yang sering menyebutkan nama-nama princesses dalam dongeng barat), segelas teh nyaris manis yang saya minum ketika sudah dipertengahan jalan – belajar dari pengalaman, disini toilet umum tidak mudah didapatkan, handycam standar, dan 2 lusin jus kaleng untuk potluck, jadilah saya berjibaku menuju Orleans untuk yang keempat kalinya. Seperti biasa, saya gunakan day pass.

Sampai di Orleans pukul 9 kurang 10 menit. Bukan Sarah namanya kalau tidak nyasar-nyasar kecil. Seharusnya turun di Orchadview, jalan pintas menuju rumahnya, daripada turun di Valin, tapi berhubung lupa nama jalannya, jadilah nyasar sekitar 30 menit. Berjalan kaki itu sehat sebenarnya, tapi tidak dengan 2 lusin kaleng jus di pundak, yang nyerinya masih dirasakan saat tulisan ini dibuat (hari Senin, 18 Juni).

Kami berangkat menuju spot pada jam 11, masalah kecil muncul, tiket day pass saya hilang. Jadilah saya menyiapkan dana ekstra untuk membeli tiket day pass baru. Belajar ikhlas.

Dengan modal tanya-tanya spot pada pak supir yang ramah, kami sampai sekitar satu jam kemudian. Agak ragu awalnya, karena di taman tersebut ada 2 kelompok yang berkumpul. Yang pertama agak kecil, yang kedua, di bawah kanopi, agak banyak orang. Kami meragukan kalau ada orang Indonesia sebanyak orang-orang di bawah kanopi itu di kota ini. Telepon dimainkan, menghubungi seorang kawan yang dikenal lewat fb Komunitas Indonesia di Kanada. Diketahui bahwa acara ICC ada di sector C. Karena tidak tahu sector C, kami putuskan bertanya pada petugas parkir, seorang perempuan muda agak tambun memakan kaos dan shorts dombrang, topi setengah miring, anting di hidung, kaki di atas meja. Pengenal dia selain name tagnya, yaitu rompi yang digunakan. Mungkin itu seragamnya. Yup, sector C memang di kanopi tersebut.

Berjalan pelan sambil berharap bahwa itu benar tempatnya, kami melihat seorang perempuan mengejar seorang anak kecil sambil berteriak, “makan dulu.” MERDEKA! Walau sedikit tak enak, karena sampai pada saat makan, pertunjukan toh harus tetap jalan. Dalam waktu singkat, mereka tahu bahwa kami warga baru disini, dan kami diperkenalkan oleh pendiri ICC dan beberapa orang lain yang tidak bisa saya ingat namanya satu persatu. Tapi yang pasti, persaudaraan terasa karena merekalah keluarga kami disini.

ICC baru saya ketahui via fb, lain kali saya akan tulis tentang ICC, sesuai info yang saya dapat dari situs mereka. Tapi yang pasti, salah satu visi misinya adalah menyediakan info tentang Kanada pada warga yang baru datang ke Kanada. Kami salah satunya (atau salah duanya?).

Acara ditutup pada pukul 2.30, bantu beres-beres sedikit, karena memang sudah seharusnya seperti itu, kami meninggalkan tempat. Saya memilih mampir lagi ke tempat kawan saya di Orleans, berniat numpang sholat lalu chao.

Di tengah perjalanan, seorang kenalan ‘open minded’ yang pertama kali saya temui menelepon, mengajak untuk bertemu ditempatnya. Saya katakan saya tidak keberatan bertemu, selama di tempat umum. Dia sedikit memaksa. Jurus basi saya keluarkan, “hello… hello…. Im in the bus to Orleans now, can’t hear your voice cleary. Hello… hello…. Okay… talk to you next time. Bye.” Padahal sambungan telepon jernih. Sedikit merasa bersalah, tapi akan lebih salah lagi kalau saya mengikuti rasa kasihan pada orang itu.

Pukul 5 kurang 10 saya sudah berdiri manis di pemberhentian Orchadview (sekarang saya ingat namanya), melihat jadwal bis selanjutnya di sana, sekitar 8 menit lagi. Tak lama 131, bisnya, datang. On time.

Untuk menyingkat waktu, sebenarnya bisa saja turun di Jeanne D’Arc 2A lalu naik 95 jurusan Hurman. Tapi saya lebih memilih turun sampai layar di depan penumpang bertuliskan Dernier Arret alias Last Stop alias paling ujung.

Di depan stasiun tersebut adalah mall besar. Tertulis The Bay, dan ada jembatan penyeberangan bila ingin mencapai mal tersebut, dilarang memanjat pagar besi berwarna putih yang berada di tengah antara stasiun dan Mall. Terpampang ancaman: FINE CAD 125 alias denda 125 dollar kalau tertangkap. KALAU tertangkap. Toh masih ada juga orang yang memanjat pagar itu. Cuma satu yang saya lihat. Itupun karena di klakson oleh temannya yang berada diseberang, menyuruh dia cepat-cepat. Halal deh…

Dengan sabar saya menunggu 95 jurusan Station Hurdman. Tapi setelah 4 kali 95 lewat, tidak ada yang tertulis Station Hurdman, seperti sebelumnya. Yang tertulis adalah Tunney’s Pasture. Dengan ragu, saya naik juga. Belakangan saya baru sadar bahwa bis ini lewat Hurdman, lanjut Downtown, dan sampai di Tunney’s Pasture. Cuape deh...

Tapi tidak menyesal juga, karena sepanjang 30 menit ‘ngotot’ menunggu 95 Hurdman, terlihat banyak pemandangan yang baru. cuaca yang hangat, cenderung panas menuju summer bisa jadi dambaan banyak orang yang tinggal di daerah yang mempunyai 4 musim. Disini, tinggal selangkah menuju summer para perempuan yang tua, muda, besar, kecil, kulit putih, kulit berwarna, pendek, tinggi, menandakan suasana dengan pakaian yang ringan. Banyak yang menggunakan tank top dan hot pants. Beberapa memakai gaun ringan bahu terbuka, atau bagian dada berjendela luas. Cuaca memang panash.

Yang laki-laki muda berpakaian standar. Banyak yang memakai kaos oblong dan celana gombrong memperlihatkan boxernya, yang mau tidak mau harus dinaikkan berkali-kali demi membuat jalan lebih mudah. Saya nyengir kuda. Rempong deh.

Tepat di sebelah saya, 4 orang gadis berkulit berwarna hanya memakai bra dipadu dengan hot pants. Berbaur dengan boys sesama kulit berwarna. Tak lama, seorang perempuan lain yang berpakaian sama muncul, dan mereka berjalan menuju mall. Baru setengah jalan, kelima perempuan tersebut dipanggil oleh kawan boys mereka yang masih berada di station, menyuruh mereka bergegas mendekatinya. Para gadis berlari secepat mereka. Bukan tas yang mereka pegang erat, tapi penutup dada yang tanpa tali tersebut yang mereka jaga baik-baik agar isinya tidak terlalu loncat sana sini.

Summer is HOT!

Semoga harinya menyenangkan dan sukses untuk semua ya….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar