Hari Sabtu, 16 Juni 2012 lalu diadakan acara piknik bersama orang
Indonesia yang tinggal di Ottawa. Acaranya diselenggarakan oleh CIC atau
Indonesian Canadian Congress. Saya belum tahu banyak tentang organisasi
ini, tapi kesempatan itu tidak mau saya lewatkan. Siapalah yang tidak
mau bertemu dengan keluarga setanah air? Siapalah yang mau sendirian di
tengah orang asing? Siapalah yang tidak mau merasakan masakan rumah sendiri (balik-baliknya soal makanan).
Dengan terus terang saya katakan pada host family bahwa ada acara
piknik bersama dengan orang Indonesia di Ottawa dan meminta jadwal libur
saya ditukar. Host fam tidak bermasalah dengan hal tersebut.
Acaranya berada di Vincent Massey Park. Ketika saya tanyakan ke host fam
apakah mereka pernah pergi ke taman tersebut, mereka katakan mereka
belum pernah ke Orleans. Itu artinya mereka tidak tahu tentang taman
itu, karena tertulis di Mbah Google, bahwa letaknya di Kanata, masih di
area tempat ini. Mereka menebak taman itu berada di Orleans, karena
satu-satunya teman Indonesia saya yang mereka tahu berada di Orleans.
Saya hanya nyengir kuda melihat host fam saya yang dengan serius
menggeleng dan dengan nada menyesal mengatakan, “we have never been to
Orleans.”
Pada undangan yang di forward via inbox facebook,
tertulis acaranya dimulai pada pukul 10 pagi sampai selesai. Berhubung
saya masih terbawa kebiasaan jam karet, jadilah jam 10 niat berangkat
dari rumah teman yang di Orleans menuju tempat acara. Tempat host fam di
Kanata, saya mampir dulu di tempat teman di Orleans yang notabene jauh
dari spot. Jadi seperti menghadiri undangan di Pasar Minggu, sementara
tinggal di Lenteng Agung, tapi mampir dulu di Grogol.
Kalau
masih di Jakarta, saya pasti sangat keberatan, karena mempertimbangkan
lalu lintas yang membuat hypertensi dan ubanan. Tapi disini? Dengan
senang hati, apalagi sudah sekitar 2 minggu saya tidak bertemu dengan
kawan saya tersebut dan kebetulan pada hari itu suaminya ada urusan yang
tidak bisa ditinggal, jadi mau tidak mau dia harus menggunakan bis.
Saya, sebagai orang yang lebih senior menggunakan bisa daripada kawan
saya tersebut – meski dia lebih lama beberapa bulan disini (nyombong
dikit Mbak Dian…. Whakakakak) – sedikit tidak tega membiarkan dia
berangkat sendiri menggunakan bis. Karena saya ingat perasaan negative
yang saya rasakan awal saya menggunakan bis tersebut. Sebenarnya tak ada
masalah, tapi memang hampir semua hal, walaupun hal yang kecil, memulai
bisa jadi hal yang tersulit. Setelahnya barulah terasa lebih ringan.
Meninggalkan rumah pukul 7 pagi dengan modal sebuah apel (bukan dari
nenek sihir, tentunya, karena saya bukan snow white – maaf, sedikit
terpapar dengan anak yang saya asuh, yang sering menyebutkan nama-nama
princesses dalam dongeng barat), segelas teh nyaris manis yang saya
minum ketika sudah dipertengahan jalan – belajar dari pengalaman, disini
toilet umum tidak mudah didapatkan, handycam standar, dan 2 lusin jus
kaleng untuk potluck, jadilah saya berjibaku menuju Orleans untuk yang
keempat kalinya. Seperti biasa, saya gunakan day pass.
Sampai di Orleans pukul 9 kurang 10 menit. Bukan Sarah namanya kalau
tidak nyasar-nyasar kecil. Seharusnya turun di Orchadview, jalan pintas
menuju rumahnya, daripada turun di Valin, tapi berhubung lupa nama
jalannya, jadilah nyasar sekitar 30 menit. Berjalan kaki itu sehat
sebenarnya, tapi tidak dengan 2 lusin kaleng jus di pundak, yang
nyerinya masih dirasakan saat tulisan ini dibuat (hari Senin, 18 Juni).
Kami berangkat menuju spot pada jam 11, masalah kecil muncul, tiket day
pass saya hilang. Jadilah saya menyiapkan dana ekstra untuk membeli
tiket day pass baru. Belajar ikhlas.
Dengan modal tanya-tanya
spot pada pak supir yang ramah, kami sampai sekitar satu jam kemudian.
Agak ragu awalnya, karena di taman tersebut ada 2 kelompok yang
berkumpul. Yang pertama agak kecil, yang kedua, di bawah kanopi, agak
banyak orang. Kami meragukan kalau ada orang Indonesia sebanyak
orang-orang di bawah kanopi itu di kota ini. Telepon dimainkan,
menghubungi seorang kawan yang dikenal lewat fb Komunitas Indonesia di
Kanada. Diketahui bahwa acara ICC ada di sector C. Karena tidak tahu
sector C, kami putuskan bertanya pada petugas parkir, seorang perempuan
muda agak tambun memakan kaos dan shorts dombrang, topi setengah miring,
anting di hidung, kaki di atas meja. Pengenal dia selain name tagnya,
yaitu rompi yang digunakan. Mungkin itu seragamnya. Yup, sector C memang
di kanopi tersebut.
Berjalan pelan sambil berharap bahwa itu
benar tempatnya, kami melihat seorang perempuan mengejar seorang anak
kecil sambil berteriak, “makan dulu.” MERDEKA! Walau sedikit tak enak,
karena sampai pada saat makan, pertunjukan toh harus tetap jalan. Dalam
waktu singkat, mereka tahu bahwa kami warga baru disini, dan kami
diperkenalkan oleh pendiri ICC dan beberapa orang lain yang tidak bisa
saya ingat namanya satu persatu. Tapi yang pasti, persaudaraan terasa
karena merekalah keluarga kami disini.
ICC baru saya ketahui
via fb, lain kali saya akan tulis tentang ICC, sesuai info yang saya
dapat dari situs mereka. Tapi yang pasti, salah satu visi misinya adalah
menyediakan info tentang Kanada pada warga yang baru datang ke Kanada.
Kami salah satunya (atau salah duanya?).
Acara ditutup pada
pukul 2.30, bantu beres-beres sedikit, karena memang sudah seharusnya
seperti itu, kami meninggalkan tempat. Saya memilih mampir lagi ke
tempat kawan saya di Orleans, berniat numpang sholat lalu chao.
Di tengah perjalanan, seorang kenalan ‘open minded’ yang pertama kali
saya temui menelepon, mengajak untuk bertemu ditempatnya. Saya katakan
saya tidak keberatan bertemu, selama di tempat umum. Dia sedikit
memaksa. Jurus basi saya keluarkan, “hello… hello…. Im in the bus to
Orleans now, can’t hear your voice cleary. Hello… hello…. Okay… talk to
you next time. Bye.” Padahal sambungan telepon jernih. Sedikit merasa
bersalah, tapi akan lebih salah lagi kalau saya mengikuti rasa kasihan
pada orang itu.
Pukul 5 kurang 10 saya sudah berdiri manis di
pemberhentian Orchadview (sekarang saya ingat namanya), melihat jadwal
bis selanjutnya di sana, sekitar 8 menit lagi. Tak lama 131, bisnya,
datang. On time.
Untuk menyingkat waktu, sebenarnya bisa saja
turun di Jeanne D’Arc 2A lalu naik 95 jurusan Hurman. Tapi saya lebih
memilih turun sampai layar di depan penumpang bertuliskan Dernier Arret
alias Last Stop alias paling ujung.
Di depan stasiun tersebut
adalah mall besar. Tertulis The Bay, dan ada jembatan penyeberangan bila
ingin mencapai mal tersebut, dilarang memanjat pagar besi berwarna
putih yang berada di tengah antara stasiun dan Mall. Terpampang ancaman:
FINE CAD 125 alias denda 125 dollar kalau tertangkap. KALAU tertangkap.
Toh masih ada juga orang yang memanjat pagar itu. Cuma satu yang saya
lihat. Itupun karena di klakson oleh temannya yang berada diseberang,
menyuruh dia cepat-cepat. Halal deh…
Dengan sabar saya
menunggu 95 jurusan Station Hurdman. Tapi setelah 4 kali 95 lewat, tidak
ada yang tertulis Station Hurdman, seperti sebelumnya. Yang tertulis
adalah Tunney’s Pasture. Dengan ragu, saya naik juga. Belakangan saya
baru sadar bahwa bis ini lewat Hurdman, lanjut Downtown, dan sampai di
Tunney’s Pasture. Cuape deh...
Tapi tidak menyesal juga, karena
sepanjang 30 menit ‘ngotot’ menunggu 95 Hurdman, terlihat banyak
pemandangan yang baru. cuaca yang hangat, cenderung panas menuju summer
bisa jadi dambaan banyak orang yang tinggal di daerah yang mempunyai 4
musim. Disini, tinggal selangkah menuju summer para perempuan yang tua,
muda, besar, kecil, kulit putih, kulit berwarna, pendek, tinggi,
menandakan suasana dengan pakaian yang ringan. Banyak yang menggunakan
tank top dan hot pants. Beberapa memakai gaun ringan bahu terbuka, atau
bagian dada berjendela luas. Cuaca memang panash.
Yang
laki-laki muda berpakaian standar. Banyak yang memakai kaos oblong dan
celana gombrong memperlihatkan boxernya, yang mau tidak mau harus
dinaikkan berkali-kali demi membuat jalan lebih mudah. Saya nyengir
kuda. Rempong deh.
Tepat di sebelah saya, 4 orang gadis
berkulit berwarna hanya memakai bra dipadu dengan hot pants. Berbaur
dengan boys sesama kulit berwarna. Tak lama, seorang perempuan lain yang
berpakaian sama muncul, dan mereka berjalan menuju mall. Baru setengah
jalan, kelima perempuan tersebut dipanggil oleh kawan boys mereka yang
masih berada di station, menyuruh mereka bergegas mendekatinya. Para
gadis berlari secepat mereka. Bukan tas yang mereka pegang erat, tapi
penutup dada yang tanpa tali tersebut yang mereka jaga baik-baik agar
isinya tidak terlalu loncat sana sini.
Summer is HOT!
Semoga harinya menyenangkan dan sukses untuk semua ya….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar