Sabtu, 08 September 2012

Me Time

Bagian tersulit dalam melakukan sesuatu bagi banyak orang adalah mulai atau bagian awal. Setelah itu, biasanya dan Insha Allah, lancar, yah, kalau ga lancar, minimal rasa hati lebih santai atau tekanan darah turun setidaknya 10 mmHg – systole dan diastole.

Begitupun saya ketika menulis ini, dan beberapa tulisan yang “sangat” berbobot di page ini, kadang sulit untuk memulai. Kesulitan yang nyata adalah mood dan tidak tahu harus berbunyi apa sebagai awal tulisan. Ingat ketika seorang teman bertanya pada saya, “Sar, gua mau nulis surat ke si Anu nih, bunyinya gimana ya?” Saya yang kadang suka malas berpikir, hanya menoleh acuh tak acuh sekilas sambil berpikir heran, “mau nulis aja ga tau bunyi awalnya gimana.” Lalu tanpa perasaan, saya jawablah dengan setengah malas.

“Bunyinya? DUTTTT…”

Sontak teman saya tertawa. Masalah dia jadi menulis surat, itu bukan urusan saya.

Bolehlah saya pinjam kata-kata dari judul kumpulan cerita Leo Tolstoy (1828-1910), salah satu novelis besar asal Rusia: Tuhan Maha Tahu, Tapi Menunggu. Sekarang hal itu bagai boomerang, ternyata menulis itu awalnya memang sulit, dan pasti bunyi awalnya bukan “dutttt….”

Ada sebuah hal yang ingin saya tuliskan sekarang dan terasa berjejal di kepala, tapi menemukan kalimat awal yang tidak kaku bukan perkara Daus Mini, alias bukan perkara kecil.

Awalnya mau menulis ini sebagai pembuka:
“Manusia adalah makhluk individu dan makhluk social. Makhluk individu maksudnya manusia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. Manusia sebagai makhluk social maksudnya adalah kita makhluk bermasyarakat, hidup bersama dengan orang lain, dan mempunyai dorongan untuk berinteraksi dengan yang lain.”

Tapi kok terdengar seperti Bab Pertama skripsi ya?

Lupakan kalimat serba formal itu. Yang mau saya tuliskan sebenarnya tentang betapa bahagianya memiliki Me Time. Me time contekan dari beberapa blog, termasuk blog kompas, bisa diartikan usaha penghiburan diri atau waktu khusus buat diri sendiri yang dilakukan dimana saja bukan pada saat kesibukan berlangsung, bisa beragam hal yang dapat dilakukan agar me time terasa menyenangkan dan dapat memanjakan diri sendiri untuk mengusir kejenuhan juga rasa bete alias bad mood.

Ceritanya hari Sabtu lalu adalah long weekend di negara ini. Libur mulai hari Sabtu, Ahad dan Senin, karena Hari Buruh. Libur saya tidak termasuk Sabtu, jadi Ahad tabrak Senin, libur, asoy. Hari Sabtu keluarga ini mengatakan akan menginap di resort dan kembali hari Senin. Saya asik-asik saja walaupun sempat berpikir, si kepala keluarga mungkin ambil cuti pada hari Senin. Tidak tahu tentang long weekend.

Seorang kenalan yang ‘open minded’ menelepon dan menanyakan apa kegiatan saya selama long weekend ini. Saya malah balik bertanya, “are you sure it is long weekend?” Dia berkali-kali meyakinkan lalu mengatakan bisa-bisanya saya tidak tahu. Tidak mau kalah, saya jawab, “people here don’t have calendar like in my country.” Dia tertawa lepas. Setelah itu, melalui fesbuk, saya tanya satu orang kawan asal Indonesia. Ternyata benar.

Selama dua malam tiga hari itu saya benar-benar merasa bebas. Finally, I got my real me time, pikir saya. Salah seorang teman yang berada di Asia Barat sana menanyakan mengapa saya begitu senang, tidakkah saya sayang terhadap anak asuh saya? Saya katakan, “of course I love them, but I really need me time. Even parents need their time, away from their children for some times.”

Dia menjawab, “yea, you are right. Parents also need time to do ‘private thing’.”

“I was thinking about parents needing their time to do their job or hobby, but you were thinking about ‘private thing.’ It seems that your brain connection is faster when you talk about ‘private thing’,” smash saya. Bisa dipastikan mukanya merah di seberang sana walaupun dia terlihat tertawa terbahak di skype.

Apapun itu, yang pasti saat itu adalah surga. Selain bebas dari kicauan gadis kecil berbaterai energizer itu, saya bisa duduk seharian di deck, membaca sambil menikmati sinar matahari yang menembus dedaunan yang mulai menguning menyambut musim gugur, juga memasak masakan Indonesia seperti sambal, nasi goreng, bakso ayam, pastel, risol, ayam kecap, dan peyek kacang. Walaupun hasilnya tidak sempurna semuanya, nilai 6,5 bisa lah saya capai dalam hampir semua masakan kecuali pastel. Kenalan internet yang tinggal di Asia Barat itu saya kirimi foto pastel gagal tersebut dan sedihnya disalahgunakan. Dia post foto tersebut di fesbuknya dan di tag dibeberapa teman. Responnya beragam dan yang paling yahud adalah tanggapan seorang kawan di Orleans yang mengira itu adalah pisang goreng. Saya tidak setuju, tapi makin saya lihat, memang makin mirip pisang goreng.

Sempat berharap saya bisa menikmati real me time saya lebih lama. Tapi pasti tidak mungkin. Karena kalau semua keinginan kita terkabul, seseorang pasti akan naik ke atas bukit dan meniup sangkakala. Berakhirlah kehidupan. Kalimat ketiga dan keempat saya ambil dari novel Andrea Hirata – kalau bukan Padang Bulan, ya Cinta Dalam Gelas. Tapi kemungkinan besar Padang Bulan. intinya adalah bersyukur bisa mempunyai me time cukup lama saat itu. Karena banyak manfaatnya pula. Mau tau? Kasih tahu gak ya……. Kasih tahu dong… cekidot! – di kopi dari femalekompas.com.

1. Isi Ulang
Bukan hanya pulsa atau galon minum Anda yang perlu secara rutin diisi ulang. Anda pun perlu memberi waktu pada diri buat memulihkan stres. Berada di sekitar orang lain bisa memicu stres, lho. Ada banyak yang perlu Anda lakukan buat teman, keluarga, suami bahkan pacar. Mendengarkan keluh kesah mereka, menolong mereka mengerjakan sesuatu, hingga menyiapkan kebutuhan mereka. Semua itu, belum lagi ditambah tuntutan pekerjaan. Pernahkah terbesit dalam pikiran Anda bahwa selama ini Anda hanya berbuat untuk orang di sekitar tanpa memikirkan diri sendiri? Tidak ada yang salah dengan hal itu, sama sekali tidak, tapi sebagai manusia ada batas toleransi yang bisa meledak. Momen sendirian memberi Anda waktu untuk memulihkan diri dari stres.

Ilmuwan YouBeauty David Sbarra Ph.D., yang merupakan ahli tentang realtionship mengatakan "Menghabiskan waktu sendirian dapat memberikan setiap orang kesempatan memulihkan energi yang tersedot keluar darinya disebabkan tuntutan kehidupan sehari-hari."

Kalau penjelasan itu belum cukup bagi Anda, sebuah studi yang dilakukan oleh Reed Larson dan Meery Lee di University of Illinois menemukan bahwa orang dengan nyaman sendirian umumnya memiliki tingkat depresi, penyakit fisik lebih sedikit dari yang tidak. Selain itu mereka lebih puas dengan kehidupan secara keseluruhan.

2. Membangun motivasi
"Kemampuan kita untuk melawan godaan, membuat pilihan yang bijak dan mengendalikan perilaku seperti otot," kata Sbarra. "Harus terus dilatih berulang kali agar kuat atau akan terus melemah."
Jika Anda selalu gagal dalam mengatur pola makan yang benar, menahan godaan untuk mengemil, berbelanja, mungkin saja semua itu disebabkan pertahanan diri yang telah menyusut.

Contoh, setelah seharian yang melelahkan dan menguras tenaga serta emosi Anda, akan dengan mudah Anda tergoda buat menikmati sekotak es krim atau berbelanja sebagai terapi. Ini yang dinamakan pertahanan diri yang menyusut.

Frustasi, teman atau pacar yang menyebalkan, kelelahan oleh tuntutan kerja semua itu menipiskan pertahanan diri kita pada godaan. Dengan menghabiskan waktu sendirian Anda bisa melatih kembali motivasi diri dan membangun pertahanan diri yang kuat.

3. Mengakhiri kecemasan
Jika Anda tak ingin sendirian untuk menghindari menghadapi pikiran atau memori tertentu yang bisa saja terlintas, Sbarra mengatakan berarti Anda memperpanjang umur perasaan menjengkelkan dalam diri. "Semakin sering lari dari kecemasan, semakin Anda sulit untuk keluar dari masalah tersebut."

"Penelitian menunjukkan bahwa hal terbaik untuk mengatasi keadaan ini adalah untuk mengalami emosi, merasakan semua perasaan tak enak tersebut kemudian melepaskannya, membiarkannya berlalu" saran Sbarra.

4. Alasan bagus buat bermalasan
Sesekali tak ada yang salah dengan berkata kepada diri sendiri, "Saya merasa benar-benar tidak ingin membersihkan rumah atau memasak, saat ini."
Tapi bila Anda memang tipe yang rajin dan tak bisa diam, lakukan saja kegiatan yang menyenangkan, seperti melukis, bermain alat musik, berkaraoke di rumah atau merapikan koleksi cat kuku Anda.

5. Belajar mengendalikan keinginan mengudap
Saat sedang sendirian dan santai Anda bisa mengatur ulang tingkat kelaparan diri. Misalnya saat Anda mengidamkan jenis makanan tertentu, sebelum berlari membeli atau mengambilnya dari kulkas coba luangkan waktu sejenak bertanya pada diri sendiri: apakah saya benar-benar lapar, atau hanya berharap makanan akan mengantikan perasaan tidak nyaman Anda seperti bosan, kesepian dan sebagainya yang tidak ingin Anda hadapi? Berlatih duduk dengan perasaan Anda akan memberi tekad yang Anda butuhkan untuk melawan keinginan mengunyah tanpa berpikir.

Jadi…. Selamat menikmati the real me time.

Semoga harinya menyenangkan dan sukses selalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar