Me Time
Bagian
tersulit dalam melakukan sesuatu bagi banyak orang adalah mulai atau
bagian awal. Setelah itu, biasanya dan Insha Allah, lancar, yah, kalau
ga lancar, minimal rasa hati lebih santai atau tekanan darah turun
setidaknya 10 mmHg – systole dan diastole.
Begitupun saya
ketika menulis ini, dan beberapa tulisan yang “sangat” berbobot di page
ini, kadang sulit untuk memulai. Kesulitan yang nyata adalah mood dan
tidak tahu harus berbunyi apa sebagai awal tulisan. Ingat ketika seorang
teman bertanya pada saya, “Sar, gua mau nulis surat ke si Anu nih,
bunyinya gimana ya?” Saya yang kadang suka malas berpikir, hanya menoleh
acuh tak acuh sekilas sambil berpikir heran, “mau nulis aja ga tau
bunyi awalnya gimana.” Lalu tanpa perasaan, saya jawablah dengan
setengah malas.
“Bunyinya? DUTTTT…”
Sontak teman saya tertawa. Masalah dia jadi menulis surat, itu bukan urusan saya.
Bolehlah saya pinjam kata-kata dari judul kumpulan cerita Leo Tolstoy
(1828-1910), salah satu novelis besar asal Rusia: Tuhan Maha Tahu, Tapi
Menunggu. Sekarang hal itu bagai boomerang, ternyata menulis itu awalnya
memang sulit, dan pasti bunyi awalnya bukan “dutttt….”
Ada
sebuah hal yang ingin saya tuliskan sekarang dan terasa berjejal di
kepala, tapi menemukan kalimat awal yang tidak kaku bukan perkara Daus
Mini, alias bukan perkara kecil.
Awalnya mau menulis ini sebagai pembuka:
“Manusia adalah makhluk individu dan makhluk social. Makhluk individu
maksudnya manusia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu
lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu
ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya,
atau ada unsur raga dan jiwanya. Manusia sebagai makhluk social
maksudnya adalah kita makhluk bermasyarakat, hidup bersama dengan orang
lain, dan mempunyai dorongan untuk berinteraksi dengan yang lain.”
Tapi kok terdengar seperti Bab Pertama skripsi ya?
Lupakan kalimat serba formal itu. Yang mau saya tuliskan sebenarnya
tentang betapa bahagianya memiliki Me Time. Me time contekan dari
beberapa blog, termasuk blog kompas, bisa diartikan usaha penghiburan
diri atau waktu khusus buat diri sendiri yang dilakukan dimana saja
bukan pada saat kesibukan berlangsung, bisa beragam hal yang dapat
dilakukan agar me time terasa menyenangkan dan dapat memanjakan diri
sendiri untuk mengusir kejenuhan juga rasa bete alias bad mood.
Ceritanya hari Sabtu lalu adalah long weekend di negara ini. Libur
mulai hari Sabtu, Ahad dan Senin, karena Hari Buruh. Libur saya tidak
termasuk Sabtu, jadi Ahad tabrak Senin, libur, asoy. Hari Sabtu keluarga
ini mengatakan akan menginap di resort dan kembali hari Senin. Saya
asik-asik saja walaupun sempat berpikir, si kepala keluarga mungkin
ambil cuti pada hari Senin. Tidak tahu tentang long weekend.
Seorang kenalan yang ‘open minded’ menelepon dan menanyakan apa kegiatan
saya selama long weekend ini. Saya malah balik bertanya, “are you sure
it is long weekend?” Dia berkali-kali meyakinkan lalu mengatakan
bisa-bisanya saya tidak tahu. Tidak mau kalah, saya jawab, “people here
don’t have calendar like in my country.” Dia tertawa lepas. Setelah itu,
melalui fesbuk, saya tanya satu orang kawan asal Indonesia. Ternyata
benar.
Selama dua malam tiga hari itu saya benar-benar merasa
bebas. Finally, I got my real me time, pikir saya. Salah seorang teman
yang berada di Asia Barat sana menanyakan mengapa saya begitu senang,
tidakkah saya sayang terhadap anak asuh saya? Saya katakan, “of course I
love them, but I really need me time. Even parents need their time,
away from their children for some times.”
Dia menjawab, “yea, you are right. Parents also need time to do ‘private thing’.”
“I was thinking about parents needing their time to do their job or
hobby, but you were thinking about ‘private thing.’ It seems that your
brain connection is faster when you talk about ‘private thing’,” smash
saya. Bisa dipastikan mukanya merah di seberang sana walaupun dia
terlihat tertawa terbahak di skype.
Apapun itu, yang pasti saat
itu adalah surga. Selain bebas dari kicauan gadis kecil berbaterai
energizer itu, saya bisa duduk seharian di deck, membaca sambil
menikmati sinar matahari yang menembus dedaunan yang mulai menguning
menyambut musim gugur, juga memasak masakan Indonesia seperti sambal,
nasi goreng, bakso ayam, pastel, risol, ayam kecap, dan peyek kacang.
Walaupun hasilnya tidak sempurna semuanya, nilai 6,5 bisa lah saya capai
dalam hampir semua masakan kecuali pastel. Kenalan internet yang
tinggal di Asia Barat itu saya kirimi foto pastel gagal tersebut dan
sedihnya disalahgunakan. Dia post foto tersebut di fesbuknya dan di tag
dibeberapa teman. Responnya beragam dan yang paling yahud adalah
tanggapan seorang kawan di Orleans yang mengira itu adalah pisang
goreng. Saya tidak setuju, tapi makin saya lihat, memang makin mirip
pisang goreng.
Sempat berharap saya bisa menikmati real me time
saya lebih lama. Tapi pasti tidak mungkin. Karena kalau semua keinginan
kita terkabul, seseorang pasti akan naik ke atas bukit dan meniup
sangkakala. Berakhirlah kehidupan. Kalimat ketiga dan keempat saya ambil
dari novel Andrea Hirata – kalau bukan Padang Bulan, ya Cinta Dalam
Gelas. Tapi kemungkinan besar Padang Bulan. intinya adalah bersyukur
bisa mempunyai me time cukup lama saat itu. Karena banyak manfaatnya
pula. Mau tau? Kasih tahu gak ya……. Kasih tahu dong… cekidot! – di kopi
dari femalekompas.com.
1. Isi Ulang
Bukan hanya pulsa atau
galon minum Anda yang perlu secara rutin diisi ulang. Anda pun perlu
memberi waktu pada diri buat memulihkan stres. Berada di sekitar orang
lain bisa memicu stres, lho. Ada banyak yang perlu Anda lakukan buat
teman, keluarga, suami bahkan pacar. Mendengarkan keluh kesah mereka,
menolong mereka mengerjakan sesuatu, hingga menyiapkan kebutuhan mereka.
Semua itu, belum lagi ditambah tuntutan pekerjaan. Pernahkah terbesit
dalam pikiran Anda bahwa selama ini Anda hanya berbuat untuk orang di
sekitar tanpa memikirkan diri sendiri? Tidak ada yang salah dengan hal
itu, sama sekali tidak, tapi sebagai manusia ada batas toleransi yang
bisa meledak. Momen sendirian memberi Anda waktu untuk memulihkan diri
dari stres.
Ilmuwan YouBeauty David Sbarra Ph.D., yang
merupakan ahli tentang realtionship mengatakan "Menghabiskan waktu
sendirian dapat memberikan setiap orang kesempatan memulihkan energi
yang tersedot keluar darinya disebabkan tuntutan kehidupan sehari-hari."
Kalau penjelasan itu belum cukup bagi Anda, sebuah studi yang dilakukan
oleh Reed Larson dan Meery Lee di University of Illinois menemukan
bahwa orang dengan nyaman sendirian umumnya memiliki tingkat depresi,
penyakit fisik lebih sedikit dari yang tidak. Selain itu mereka lebih
puas dengan kehidupan secara keseluruhan.
2. Membangun motivasi
"Kemampuan kita untuk melawan godaan, membuat pilihan yang bijak dan
mengendalikan perilaku seperti otot," kata Sbarra. "Harus terus dilatih
berulang kali agar kuat atau akan terus melemah."
Jika Anda selalu
gagal dalam mengatur pola makan yang benar, menahan godaan untuk
mengemil, berbelanja, mungkin saja semua itu disebabkan pertahanan diri
yang telah menyusut.
Contoh, setelah seharian yang melelahkan
dan menguras tenaga serta emosi Anda, akan dengan mudah Anda tergoda
buat menikmati sekotak es krim atau berbelanja sebagai terapi. Ini yang
dinamakan pertahanan diri yang menyusut.
Frustasi, teman atau
pacar yang menyebalkan, kelelahan oleh tuntutan kerja semua itu
menipiskan pertahanan diri kita pada godaan. Dengan menghabiskan waktu
sendirian Anda bisa melatih kembali motivasi diri dan membangun
pertahanan diri yang kuat.
3. Mengakhiri kecemasan
Jika
Anda tak ingin sendirian untuk menghindari menghadapi pikiran atau
memori tertentu yang bisa saja terlintas, Sbarra mengatakan berarti Anda
memperpanjang umur perasaan menjengkelkan dalam diri. "Semakin sering
lari dari kecemasan, semakin Anda sulit untuk keluar dari masalah
tersebut."
"Penelitian menunjukkan bahwa hal terbaik untuk
mengatasi keadaan ini adalah untuk mengalami emosi, merasakan semua
perasaan tak enak tersebut kemudian melepaskannya, membiarkannya
berlalu" saran Sbarra.
4. Alasan bagus buat bermalasan
Sesekali tak ada yang salah dengan berkata kepada diri sendiri, "Saya
merasa benar-benar tidak ingin membersihkan rumah atau memasak, saat
ini."
Tapi bila Anda memang tipe yang rajin dan tak bisa diam,
lakukan saja kegiatan yang menyenangkan, seperti melukis, bermain alat
musik, berkaraoke di rumah atau merapikan koleksi cat kuku Anda.
5. Belajar mengendalikan keinginan mengudap
Saat sedang sendirian dan santai Anda bisa mengatur ulang tingkat
kelaparan diri. Misalnya saat Anda mengidamkan jenis makanan tertentu,
sebelum berlari membeli atau mengambilnya dari kulkas coba luangkan
waktu sejenak bertanya pada diri sendiri: apakah saya benar-benar lapar,
atau hanya berharap makanan akan mengantikan perasaan tidak nyaman Anda
seperti bosan, kesepian dan sebagainya yang tidak ingin Anda hadapi?
Berlatih duduk dengan perasaan Anda akan memberi tekad yang Anda
butuhkan untuk melawan keinginan mengunyah tanpa berpikir.
Jadi…. Selamat menikmati the real me time.
Semoga harinya menyenangkan dan sukses selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar