Minggu, 29 Juli 2012

Potongan Pertama dari Puzzle Perjalanan Kecil

Tahu cabutan ga? Itu loh... potongan kertas kecil yang dilipat dan disusun ke bawah. Di dalam tiap kertas ada nomor, dan kalau beruntung, kita bisa menukarkan nomor tersebut dengan hadiah yang sudah disediakan. Saya ga tau namanya apa, tapi saya menyebutnya cabutan.

Waktu kecil saya beberapa kali membeli cabutan. Seringnya mendapat hadiah kecil seperti chiki atau malah tidak mendapat hadiah apa-apa, alias medali "anda kurang beruntung." Tapi ada satu momen bagus, ketika saya mendapat minyak goreng Bimoli satu botol (isinya 500 ml atau setengah liter). Waktu itu saya kelas satu atau dua SD. Nenek saya, almarhumah, terkejut waktu saya pulang membawa minyak itu. Dia pikir minyak itu hasil curian. Dengan panik, nenek bertanya kepada saya asal minyak tersebut dengan bahasa daerah. Saya mengerti artinya, tapi saya tidak bisa menjawab dengan bahasa daerah, jadi saya hanya menjawab, "cabutan." Naas, nenek tidak mengerti maksud saya, alhasil, panik beliau teratasi beberapa jam kemudian setelah mama pulang bekerja dan menjelaskan pada nenek dalam bahasa daerah tentang apa yang saya maksud.

Cabutan itu untung-untungan. Gambling juga. Saya suka gambling, bukan berjudi secara harfiah, tapi suka bermain dengan keadaan, untung-untungan.

Begitu juga ketika saya membuat profil di situs tersebut. Nothing to lose, kata orang bule. Dapet syukur.... ga dapet? Tuhan, please dech.....

Nah, tanggal 29 Juni 2011 mulailah saya isi pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam situs tersebut. Pertanyaannya lumayan banyak, dan tidak semua pertanyaan saya mengerti. Alhasil, demi menjawab semua pertanyaan (kadang saya merasa bahwa menjawab pertanyaan, entah di kuisioner atau di sebuah situs atau di tempat apapun, harus dilakukan. Saya sering merasa bahwa itu adalah ujian tulis yang harus dilakukan secara serius! Pikiran bodoh!), saya menanyakan maksud pertanyaan itu kepada seorang teman asal negeri Paman Sam yang telah saya kenal di dunia maya selama kurang lebih empat tahun. Dengan sabar dia membimbing saya dan memberi tahu jawaban diplomatis yang tepat untuk tiap pertanyaan yang saya hadapi. Dia banyak membantu.

Beberapa bulan berselang, saya mengecek email. Biasanya yang saya dapatkan adalah fast match notifications dari situs tersebut. Isinya beberapa keluarga yang kemungkinan masuk dengan kriteria yang saya masukkan untuk menjadi host family saya. Jujur, saya jarang meng- add keluarga untuk menjadi favorit saya, karena jujur juga, saya tidak punya gambaran apapun tentang hal yang akan saya hadapi. Pintar bukan?

Mala menganjurkan saya untuk meng- add keluarga. Saya mencobanya sekali dua. Sebanyak itulah saya menerima surat penolakan secara halus. Entah harus bersyukur atau senang. Sama saja rasanya.

Berselang sekitar tiga bulan sejak pertama kali mendaftar, 8 September 2011 tepatnya, saya menerima sebuah email notification, tertulis bahwa sebuah keluarga di Kanata, Canada meng - add saya menjadi favorit mereka (apa ya terjemahan Indonesia yang cocok untuk meng - add? Menambah? Memasukkan?). Saya mengkonfirmasi request mereka. Sejak itulah kami bercakap untuk mencari informasi, apa yang mereka harapkan dari saya dan apa yang akan saya dapatkan dari mereka (tidak salah kan? ini bukan kerja sosial). Saya setuju dan mulai bergerak mempersiapkan semuanya. Dimulai dari paspor dan hal-hal lain. Tiap hal yang saya tidak ketahui, saya konsulkan pada Mala melalui fb.

Satu hal yang saya ingat. Beberapa hari sebelum profil saya dijadikan favorit, saya bercerita pada Evan tentang situs tersebut. Sambil tertawa saya mengatakan bahwa saya lakukan itu hanya iseng, karena saya yakin hampir 100% bahwa saya tidak akan mungkin mendapatkan host family, karena saya member biasa, jadi bagaimana bisa ada keluarga yang melihat profil saya?

Pelajaran berharga buat saya: hati-hati kalau bicara. Ucapan seringan apapun bisa jadi bumerang. Ucapkanlah yang baik-baik saja, insha Allah hasilnya akan baik. Saya bersyukur, ini adalah hal yang baik, insha Allah.

Sebenarnya ada beberapa keluarga yang menambahkan saya dalam daftar favorit mereka, kebanyakan dari mereka berlokasi di Timur Tengah, namun saya, dengan senang hati - tapi tetap berusaha sopan - menolak request tersebut. Berita yang sampai di Indonesia tentang pekerja di kawasan itu banyak yang membuat saya bergidik. Saya tidak suka termakan streotype, tapi untuk hal ini, saya membuat pengecualian yang BESAR. Bukan orangnya yang saya hindari, tapi daerahnya.

Ada juga sebuah keluarga yang berlokasi di Australia, mereka termasuk warga minoritas disana, menulis surat yang panjang tentang pekerjaan yang harus saya kerjakan. Begitu panjang sehingga membuat saya berguman, "untuk baca suratnya aja butuh seharian, bagaimana kalau benar-benar bekerja di keluarga mereka?" Saya menarik napas panjang. Surat tidak saya balas. Tidak bernafsu.

Hal-hal yang perlu saya siapkan untuk mendapat izin bekerja di Canada tersedia secara lengkap di website mereka. Baca, pahami, bergerak. Cukup itu. Terlihat simpel? Ya, tentu saja, tapi dalam kenyataannya, dari rumah Pak RT, RW, Kelurahan, kecamatan, Polres, Mabes, Dephankam, hingga kantor kependudukan di Jakarta Barat harus didatangi demi menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan. Semangat 2011 - 2012 dinyalakan!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar