Tahu cabutan ga? Itu loh... potongan kertas kecil yang dilipat dan
disusun ke bawah. Di dalam tiap kertas ada nomor, dan kalau beruntung,
kita bisa menukarkan nomor tersebut dengan hadiah yang sudah disediakan.
Saya ga tau namanya apa, tapi saya menyebutnya cabutan.
Waktu kecil saya beberapa kali membeli cabutan. Seringnya mendapat hadiah
kecil seperti chiki atau malah tidak mendapat hadiah apa-apa, alias
medali "anda kurang beruntung." Tapi ada satu momen bagus, ketika saya
mendapat minyak goreng Bimoli satu botol (isinya 500 ml atau setengah
liter). Waktu itu saya kelas satu atau dua SD. Nenek saya, almarhumah,
terkejut waktu saya pulang membawa minyak itu. Dia pikir minyak itu
hasil curian. Dengan panik, nenek bertanya kepada saya asal minyak
tersebut dengan bahasa daerah. Saya mengerti artinya, tapi saya tidak
bisa menjawab dengan bahasa daerah, jadi saya hanya menjawab, "cabutan."
Naas, nenek tidak mengerti maksud saya, alhasil, panik beliau teratasi
beberapa jam kemudian setelah mama pulang bekerja dan menjelaskan pada
nenek dalam bahasa daerah tentang apa yang saya maksud.
Cabutan
itu untung-untungan. Gambling juga. Saya suka gambling, bukan berjudi
secara harfiah, tapi suka bermain dengan keadaan, untung-untungan.
Begitu juga ketika saya membuat profil di situs tersebut. Nothing to
lose, kata orang bule. Dapet syukur.... ga dapet? Tuhan, please
dech.....
Nah, tanggal 29 Juni 2011 mulailah saya isi
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam situs tersebut. Pertanyaannya
lumayan banyak, dan tidak semua pertanyaan saya mengerti. Alhasil, demi
menjawab semua pertanyaan (kadang saya merasa bahwa menjawab pertanyaan,
entah di kuisioner atau di sebuah situs atau di tempat apapun, harus
dilakukan. Saya sering merasa bahwa itu adalah ujian tulis yang harus
dilakukan secara serius! Pikiran bodoh!), saya menanyakan maksud
pertanyaan itu kepada seorang teman asal negeri Paman Sam yang telah
saya kenal di dunia maya selama kurang lebih empat tahun. Dengan sabar
dia membimbing saya dan memberi tahu jawaban diplomatis yang tepat untuk
tiap pertanyaan yang saya hadapi. Dia banyak membantu.
Beberapa bulan berselang, saya mengecek email. Biasanya yang saya
dapatkan adalah fast match notifications dari situs tersebut. Isinya
beberapa keluarga yang kemungkinan masuk dengan kriteria yang saya
masukkan untuk menjadi host family saya. Jujur, saya jarang meng- add
keluarga untuk menjadi favorit saya, karena jujur juga, saya tidak punya
gambaran apapun tentang hal yang akan saya hadapi. Pintar bukan?
Mala menganjurkan saya untuk meng- add keluarga. Saya mencobanya sekali
dua. Sebanyak itulah saya menerima surat penolakan secara halus. Entah
harus bersyukur atau senang. Sama saja rasanya.
Berselang
sekitar tiga bulan sejak pertama kali mendaftar, 8 September 2011
tepatnya, saya menerima sebuah email notification, tertulis bahwa sebuah
keluarga di Kanata, Canada meng - add saya menjadi favorit mereka (apa
ya terjemahan Indonesia yang cocok untuk meng - add? Menambah?
Memasukkan?). Saya mengkonfirmasi request mereka. Sejak itulah kami
bercakap untuk mencari informasi, apa yang mereka harapkan dari saya dan
apa yang akan saya dapatkan dari mereka (tidak salah kan? ini bukan
kerja sosial). Saya setuju dan mulai bergerak mempersiapkan semuanya.
Dimulai dari paspor dan hal-hal lain. Tiap hal yang saya tidak ketahui,
saya konsulkan pada Mala melalui fb.
Satu hal yang saya ingat.
Beberapa hari sebelum profil saya dijadikan favorit, saya bercerita
pada Evan tentang situs tersebut. Sambil tertawa saya mengatakan bahwa
saya lakukan itu hanya iseng, karena saya yakin hampir 100% bahwa saya
tidak akan mungkin mendapatkan host family, karena saya member biasa,
jadi bagaimana bisa ada keluarga yang melihat profil saya?
Pelajaran berharga buat saya: hati-hati kalau bicara. Ucapan seringan
apapun bisa jadi bumerang. Ucapkanlah yang baik-baik saja, insha Allah
hasilnya akan baik. Saya bersyukur, ini adalah hal yang baik, insha
Allah.
Sebenarnya ada beberapa keluarga yang menambahkan saya
dalam daftar favorit mereka, kebanyakan dari mereka berlokasi di Timur
Tengah, namun saya, dengan senang hati - tapi tetap berusaha sopan -
menolak request tersebut. Berita yang sampai di Indonesia tentang
pekerja di kawasan itu banyak yang membuat saya bergidik. Saya tidak
suka termakan streotype, tapi untuk hal ini, saya membuat pengecualian
yang BESAR. Bukan orangnya yang saya hindari, tapi daerahnya.
Ada juga sebuah keluarga yang berlokasi di Australia, mereka termasuk
warga minoritas disana, menulis surat yang panjang tentang pekerjaan
yang harus saya kerjakan. Begitu panjang sehingga membuat saya berguman,
"untuk baca suratnya aja butuh seharian, bagaimana kalau benar-benar
bekerja di keluarga mereka?" Saya menarik napas panjang. Surat tidak
saya balas. Tidak bernafsu.
Hal-hal yang perlu saya siapkan
untuk mendapat izin bekerja di Canada tersedia secara lengkap di website
mereka. Baca, pahami, bergerak. Cukup itu. Terlihat simpel? Ya, tentu
saja, tapi dalam kenyataannya, dari rumah Pak RT, RW, Kelurahan,
kecamatan, Polres, Mabes, Dephankam, hingga kantor kependudukan di
Jakarta Barat harus didatangi demi menyiapkan dokumen-dokumen yang
diperlukan. Semangat 2011 - 2012 dinyalakan!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar